
Lahan budidaya ikan yang semakin terbatas menjadi penyebab dasar yang perlu dicarikan solusinya. Sumber daya budidaya ikan mulai diarahkan tidak membutuhkan luas lahan besar, namun tetap dapat mengoptimalkan jumlah produktivitas. Jumlah produktivitas yang optimal dipengaruhi oleh kualitas air yang baik juga untuk pertumbuhan ikan.
Selain itu, tingginya minat pembudidaya ikan milenial untuk berbisnis di bidang perikanan membuat pelatihan tentang budidaya ikan semakin menjamur. Saat ini banyak sekali pertimbangan supaya hasil yang didapat bisa maksimal, namun dengan resiko yang minim dan biaya yang rendah.
Salah satu teknik yang berhasil dikembangkan sebagai solusi masalah diatas adalah teknologi bioflok. Bioflok sangat cocok dikembangkan di daerah urban atau daerah padat penduduk karena tidak memerlukan lahan yang luas dan juga tidak memerlukan air dalam jumlah banyak.
Menurut data KKP, produksi ikan nila dan lele yang dibudidayakan dengan sistem bioflok terus mengalami peningkatan sejak tahun 2015-2019. Per tahun, produksi lele meningkat sebesar 9,23 persen dan produksi nilai rata-rata naik 5,59 persen.
Sebelum bicara lebih panjang mengenai bioflok. Ada baiknya kita memahami sistem ini mulai dari dasar terlebih dahulu.
Apa itu bioflok
Secara harfiah, arti dari bioflok berarti gumpalan hidup. Bakteri-bakteri yang tumbuh di suatu kolam dapat menjadi gumpalan tumbuh menjadi makanan ikan. Dengan metode ini, sisa-sisa pakan atau kotoran ikan akan diolah oleh bakteri tersebut lalu jadi makanan lagi, meski ikan tetap diberi pakan. Teknik ini cukup populer di kalangan peternak ikan nila karena dinilai mampu meningkatkan produksi panen lebih tinggi, menekan penggunaan lahan, dan lebih hemat air. Dengan kemudahan diatas, cara ini dinilai lebih ekonomis sehingga menguntungkan bagi pembudidaya ikan milenial yang mengalami permasalahan lahan dan air.
Bioflok sebenarnya sudah ada sejak tahun 1990-an. Hanya saja dikala itu, fokusnya adalah bagaimana cara supaya pakan ikan tidak menjadi limbah, namun tetap bisa dimanfaatkan untuk tumbuh kembang ikan.
Bioflok merupakan teknik budidaya yang berdasarkan pada ketersediaan mikroorganisme dalam kolam yang memainkan 3 peranan, yaitu:
- Menjaga kualitas air dengan memanfaatkan senyawa nitrogen yang berasal dari sisa makanan atau kotoran ikan menjadi nutrisi bagi mikroba yang hidup di dalam kolam.
- Mikroba yang hidup di kolam dan berkoloni menjadi flok dapat menjadi sumber nutrisi bagi ikan nila sehingga dapat menekan FCR dan biaya pakan.
- Mampu menekan pertumbuhan bakteri yang berbahaya sehingga kesehatan ikan tetap terjaga.
Budidaya ikan sistem bioflok akan lebih efektif dengan menggunakan pakan ikan produksi PT. Sinta Prima Feedmill.
Pakan Ikan Sinta
Keunggulan pakan ikan sinta
- Pakan mudah dicerna
- Pertumbuhan ikan lebih cepat
- Efisien (Feed Conversion Ratio/FCR rendah)
- Ikan lebih sehat
- Kematian ikan lebih rendah
- Ukuran ikan lebih seragam
Sangat cocok untuk komoditi ikan budidaya: Nila, Lele, Patin, Gurame, Bandeng, Mas dan Bawal.
Untuk proses budidaya menggunakan sistem bioflok, dibutuhkan kolam berbentuk bundar dengan diameter minimal 1 meter dan ketinggian minimal 2 meter.
Anda harus memastikan kolam berada dalam kondisi steril, memiliki saluran pembuangan dan masuknya air dengan aerasi lengkap.
Bagi pembudidaya ikan milenial yang baru mengenal istilah aerasi, aerasi merupakan penambahan oksigen ke dalam air dengan memancarkan air atau melewatkan gelembung udara ke dalam air. Jadi, tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas air tanpa menambah atau mengurangi kuantitas nya.
Sementara untuk bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan bioflok antara lain
- Garam grosok 1 kg/m3
- Kapur tohor atau dolomit 150 gram/m3
- Probiotik (bisa menggunakan probiotik kemasan yang dikhususkan untuk ikan)
- Prebiotik, bisa menggunakan molase 350 ml/m3 atau gula jawa 500 ml/m3
Cara pembuatannya adalah mencampur semua bahan diatas ke dalam satu wadah, kemudian masukkan ke dalam air yang sudah diendapkan.
Anda bisa menunggu selama 14 hari dan melakukan pengecekan sehari sekali dengan melihat warna air, pH, dan oksigen yang sudah terlarut.
Sistem aerasi bisa mulai dioperasikan saat bahan dimasukkan agar mikroorganisme dapat bekerja secara optimal.
Setelah itu, bioflok sudah siap digunakan. Anda bisa memasukkan ikan yang akan dibudidayakan. Jika Anda ingin membudidayakan lele, penebarannya ada di kisaran 1.000-1.500 ekor per kolam diameter 1 meter. Sedangkan untuk ikan nila dan mujair, kepadatannya sekitar 120 ekor per meter kubik dan gurame 70-100 ekor per meter kubik.
Keunggulan sistem bioflok
Dari poin-poin diatas tentunya Anda bisa menilai bahwa sistem bioflok ini memiliki banyak keunggulan yang bisa dirasakan dampaknya secara nyata.
Pertama, produktivitas budidaya akan meningkat. Dengan masa pemeliharaan sekitar 2-4 bulan saja, bioflok bisa menjadi suatu terobosan dalam efektifitas kerja dan efisiensi hasil.
Kedua, budidaya ikan juga dapat menggunakan lahan dan air yang lebih minim. Dengan bioflok, sisa pakan dan hasil kotoran ikan bisa diubah menjadi pakan ikan dan tidak menjadi limbah.
Ketiga, bioflok juga kaya akan protein dan memberikan ikan sumber vitamin serta fosfor yang baik.
Keempat, bioflok dapat menurunkan angka kematian, meningkatkan pertumbuhan larva dan laju pertumbuhan spesies budidaya.
Pembudidaya Ikan Milenial yang ingin menerapkan sistem bioflok disarankan untuk membudidayakan ikan nila. Kenapa? Karena ikan nila termasuk jenis yang pembesarannya relatif cepat.
Ikan nila mampu mencerna flok yang tersusun dari berbagai berbagai mikroorganisme seperti bakteri, alga, zooplankton, fitoplankton dan bahan organik lain dengan baik.
Ikan nila dengan sistem bioflok memiliki keunggulan berupa peningkatan kelangsungan hidup sampai 90% tanpa penggantian air, air bekas budidaya tidak berbau dan bisa dijadikan pupuk, dan waktu pemeliharaan singkat sekitar tiga bulan.
Tidak hanya itu, ukuran ikan nila pun lebih besar dan gemuk karena pencernaannya optimal. Dan juga struktur daging pun lebih baik serta minim kadar air.
Kisah Sukses Pembudidaya
Dilansir dari Times Indonesia, seorang pembudidaya ikan asal Palembang yaitu Ahmad Opendo merasakan manfaat besar dari sistem bioflok.
Ahmad yang memang terkendala karena lahan dan air menggunakan sistem bioflok sejak akhir tahun 2021. Pada saat panen Ahmad bisa panen sampai 2,5 ton setiap panennya.
Lain lagi dengan Chairudin dari Banyuasin, pembudidaya ikan yang juga merupakan ketua kelompok tani di daerah nya juga mengungkapkan hal yang senada dengan Ahmad.
Chairudin bersama dengan kelompok tani nya bisa memanfaatkan lahan-lahan kosong yang minim untuk membudidayakan ikan dengan sistem bioflok.
Dilansir dari harian Bisnis, ada satu kelurahan di Malang yaitu Kelurahan Bakalankrajan, menerapkan budidaya ikan nila dengan sistem bioflok.
Sistem pengelolaan kelompok nya menggunakan cara kemitraan. Inovasi Kelurahan Bakalankrajan tersebut melibatkan 85 pembudidaya yang mayoritas adalah generasi milenial. Pertahunnya, produksi budidaya ini dapat menembus sampai 26,4 ton ikan nila dengan omzet Rp660,9 juta/ tahun.
Demikianlah penjelasan tentang sistem bioflok. Bagi generasi milenial yang saat ini berpikiran untuk menjadi pembudidaya ikan air tawar, maka sistem bioflok ini adalah salah satu sistem yang bisa dimanfaatkan karena efektivitas nya.
Bagaimana dengan Anda pembudidaya ikan milenial yang ingin segera menggunakan sistem bioflok? Kami menyarankan untuk mencoba sendiri dengan kapasitas kecil. Jika Anda sudah berhasil, Anda bisa meningkatkan kapasitas nya atau mengajak warga sekitar untuk membuat kelompok tani dengan sistem kemitraan seperti di Kelurahan Bakalankrajan.
Di artikel minggu berikutnya, kami akan membahas tentang efisiensi pakan pada sistem bioflok.